Sunday, March 1, 2015

Titik Balik Indonesia-Tentang Kita hari ini dan Gerak Masa Lalu

Titik Balik Indonesia”
Tentang Kita hari ini dan Gerak Masa Lalu
Oleh : Abd. Kadir

Gorontalo, sore hari Rabu tanggal 18 Februari 2015 pukul 16.00, merupakan satu bentuk pelajaran yang sangat berarti, disamping memberi kebanggaan namun disisi yang lain juga mengandung kritik beban moral tersendiri. Saat ketika menghadiri sebuah dialog-bedah buku “Membaca Indonesia-perubahan sosial dan pergolakan pemikiran” yang merupakan buah gagasan dari seorang senior sekaligus sahabat baik “Basri Amin”. Hal yang membuat saya senang kepada penulis adalah ketika saya tiba ditempat kegiatan. Saya secara sadar mengatakan hubungan komunikasi kami sudah tidak lagi begitu intens, akan tetapi k’basri begitulah saya memanggilnya, langsung menyapa dan mengajak saya untuk bercerita, meskipun sangat begitu singkat pembicaraan kami, penulis sangat menghargai dan tetap menjaga persahabatan. Tapi dibalik itu pula, terdapat sebuah kritik produktif yang menempatkan saya bahwa proses kerja-kerja pengetahuan tidak boleh berhenti ditengah jalan. Bukan apa-apa, tidak bermaksud untuk memuji-muji ataupun mencitrakan pribadi seorang penulis, tapi sejauh perkenalan dan persahabatan saya dengan penulis sampai sekarang ini, sikap dan kepribadiannya selalu menyuguhkan hal-hal baik dan produktif.

Lebih lanjut, meskipun baru membaca pengantar dari buku tersebut, saya secara pribadi mendapatkan spirit baru, pertama : penulis selalu memberi aspirasi positif terhadap sahabat-sahabat tentang pentingnya “menulis”. Artinya dengan sebuah tulisan kita dapat mengurai sejauh mana tangan dan pikiran kita peka terhadap persoalan kemanusiaan. Kedua, dalam pengantar tersebut, penulis tidak pernah membangun sebuah nalar kuasa ataupun pencitraan dalam sebuah tulisan, tapi justru menyapa dan mendorong secara terus-menerus pikiran-pikiran produktif yang lahir dari hati nurani. Ketiga, diruang perjumpaan apapun, baik dijalan, dirumah, dikampus, diwarung kopi, penulis selalu membuka ruang diskusi tanpa ada batasan usia, titel maupun jabatan, malah sebaliknya penulis terus memotifasi sesama generasi untuk tidak berhenti, dan medorong pengetahuan sampai pada batas-batas terjauh.

Menulis memang bukan perkara mudah, karena harus membutuhkan latihan terus menerus, semangat, serta perspektif yang kritis, dan disadari bersama setiap individu/orang tidak mempunyai kemampuan yang sama dalam menulis. Akan tetapi melihat akan hal ini, setidaknya dapat memberi kemungkinan bahwasanya dari tulisanlah setiap individu dari kita bisa mengukur kemampuannya masig-masing, dan dapat mendikusikannya dengan orang lain maupun dengan publik.  

Lebih lanjut, judul tulisan diatas tersebut, mempunyai keterkaitan dengan kegiatan diskusi-bedah buku “Membaca Indonesia” yang dilaksanakan di Graha Pena Gorontalo, dihadiri oleh berbagai kalangan baik politisi, akademisi, media, organisasi kemahasiswaan, dan seterusnya. Dari kegiatan dialog tersebut, secara bersama-sama kita akan sepakat bahwa, tradisi berdialog yang kita bangun selama ini selalu cenderung dibatasi oleh “waktu habis”. Dapat dikatakan ini merupakan imbas dari kelelahan psikologis atas situasi yang sedang berjalan, disatu sisi selalu diperhadapkan dengan mental elit politik yang haus akan kekuasaan, dan dilain hal, bisa jadi nalar/pikiran kepekaan kita untuk melupakan pikiran-pikiran besar kemasalaluan negeri ini memang sudah diacak sejak dulu.     

Idealnya berdialog-berdiskusi dipahami sebagai ruang perjumpaan untuk membangun basis gerakan pemikiran ke arah yang lebih produktif. Sehingga akumulasi dari masalah yang terjadi di tingkat lokal dapat dilihat secara utuh, agar supaya kita dapat memahami bagaimana cara kita bersikap. Emanuel Subangun mengatakan bahwa kita harus mengubah proses dari kebiasaan cara berpikir substansial ke relasional(artikel, meracik wacana-melacak indonesia, hal : 3 tahun 2001). Selanjutnya Subangun menegaskan pula, istilah “Inlander” misalnya, adalah pengertian yang turun dari hubungan orang Jawa-Indonesia dengan orang Asing, hubungan inilah yang menimbulkan istilah inlander. Jadi pengertian tentang inlander itu tidak ada substansinya. Bertolak dari perkataan Emanuel Subangun tersebut, penting bagi kita untuk membangun kerangka “paradigmatik” yang lebih memperhatikan masalah-masalah bersifat hubungan dan bukan substansi.

Dari dulu sampai sekarang, mengenal, membaca, mendiskusikan dan memahami negeri ini, selalu bersinggungan dengan nalar struktur ekonomi-politik internasional maupun mental dan pengetahuan. Pierre Bourdie mengatakan mental dan pengetahuan adalah habitus, yakni struktur yang ada dalam individu yang terbentuk melalui hubungannya dengan dunia sosial. Setiap kita atau masyarakat mempunyai seperangkat skema untuk memahami, mengapresiasi, dan mengevaluasi dunia sosial. 

Suka ataupun tidak suka, cara semacam ini dilakukan guna mendorong sesama kita untuk tidak terjebak pada jebakan formalitas kewaktuan, serta mampu keluar dari tradisi berdialog kongko-kongko ke tradisi berdialog yang mengutamakan agenda. Ingatan akan kejayaan gorontalo dan republik ini dimasa lalu, tidak harus menjadi nostalgia kita untuk bersikap apatis, justru kita harus secara sadar, jujur, dan kritis untuk mengatakan apa adanya bahwa, masih banyak hal yang harus dipelajari dan dikerjakan secara bersama dari gorontalo dan negeri ini.

Tafsir terhadap kata “perubahan dan pergolakan pemikiran”, seharusnya dapat dijadikan tumpuan dan cara baca kita untuk memahami siklus gerak perubahan itu sendiri, terutama tentang “kita hari ini”. Sehingganya cara pandang kita dalam melihat perubahan-perubahan yang terjadi ditingkat lokal, tidaklah berhenti pada sekumpulan produk aturan dan batasan administratif semata. Mungkin inilah sisi terkecil dari apa yang digagas oleh Basri Amin “membaca Indonesia”. Gorontalo Indonesia” merupakan gerak sejarah masa lalu yang tak lain adalah siklus  perjumpaan dan pergulatan pemikiran. Sejarah hanya hanya akan mendidik kita pada dua hal : “bangkit sebagai bangsa yang memiliki visi jangka panjang dan diperhitungkan dimata bangsa-bangsa lain, atau masuk dalam lubang jarum dan menjadi bangsa yang menyedihkan..   
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com